Jumat, 30 April 2010

karaoke guide (Pemandu Karaoke)

Open life on the dimly lit Pati

Maraknya tempat hiburan karaoke
di kota Pati sepertinya membawa perubahan kehidupan malam di kota yang mendapat
julukan Kota Pensiunan ini. Dari sore menjelang hingga dini hari, para PK
(sebutan bagi para pemandu karaoke) mulai menampakkan geliatnya.
Semakin
malam, atmosfir sarat nafsu menjadi bagian tersendiri di Pati. Sejumlah tempat
karaoke menyediakan PK dari yang berusia muda sampai setengah umur, dari yang
hanya memandu para tamu berkaraoke sampai yang menyediakan diri untuk memberi
pelayanan plus.

Dari situlah aku berminat untuk
menyibak dan masuk ke dalam kehidupan mereka, meski harus dengan berbagai cara
dan merogoh kocek yang tidak sedikit. Sungguh diluar dugaan, ternyata bisnis
pemacu adrenalin di Pati tidak hanya di tempat karaoke (kita tidak berbicara
tentang bisnis nafsu di lokalisasi yang ada di Pati), beberapa salon, sanggar
senam, tempat pijat menjadi bagian dalam bisnis ini. Para pelakunya pun beraneka,
dari yang benar-benar tampak sampai yang sembunyi-sembunyi, misalnya pegawai
swasta, PNS bahkan pelajar. Modus mereka pun terbilang rapi, segala lini
dimanfaatkan, dari jasa tukang parkir, tukang becak sampai counter HP bisa
menjadi penghubung.


Ada satu ketertarikan yang
membuatku kembali menelusuri sudut kota Pati. Dari beberapa media dan cerita
para teman, saat bertemu di dunia maya, kota kecil ini banyak berubah terutama
dunia malam. “Dunia malam…seperti apa dunia malam di sini,” gumamku dalam
hati. Menurut cerita teman teman, Pati gudangnya tempat karaoke. Pemandunya pun
macam macam, dari yang masih putih abu-abu sampai mbakyu mbakyu.


banyak tempat karaoke yang pemandunya memberi service plus kepada para tamu.
Hanya dengan Rp. 250 ribu-Rp. 500 ribu, wisata duniawi bisa didapatkan. Lain
halnya jika mendapatkan pemandu yang masuk kategori primadona atau barang baru,
tinggal kita sediakan kocek kurang lebih Rp. 1 juta dengan leluasa kita bisa melakukan apa saja


Kehidupan malam yang penuh semu
ada juga di Pati. Oh iya, jangan heran kalau di cafe, karaoke, tempat fitnes
atau sanggar senam, menurut penuturan pemandu karaoke tadi, usai para tamu pria
(wanita?) bertemu, minum bersama, nyanyi atau fitnes atau apa lah, akhirnya
berlanjut menjadi sebuah kencan. Rata rata kencan itu ada hubungannya dengan
permainan sex. Bisa jadi karena have fun, saling suka dan saling butuh atau
melalui transaksi terlebih dahulu. Jika harga cocok, sex must go on!

Benar-benar gila. Tapi apa mau
dikata, mereka saling membutuhkan, layaknya tanaman dengan pupuk. Apa sebenarnya
yang mereka cari? Apa hanya sekedar memenuhi gaya hidup? Atau karena himpitan
ekonomi? Bisa benar, bisa pula tidak. Mungkin benar karena ekonomi, bisa juga
karena mereka tidak mau dianggap ketinggalan zaman sehingga kehidupan seperti
itu dilakoni. Jika sudah begitu, bagi mereka sah saja apa yang dilakukan. Toh
semua orang butuh ”hiburan.” Inilah hidup dan dunia mereka (kita?).

Catatan di atas baru sekelumit
yang tersingkap dari kehidupan birahi di Pati. Masih banyak tempat dan pelaku
di dalamnya yang akan aku tuangkan dan munculkan di permukaan. Jangan heran
jika pada tulisan berikutnya akan membuat kita terkejut pada kenyataan yang

ada. Inilah wajah Pati yang mulai melangkah pasti menuju globalisasi kehidupan.











Label: